Karena saya memilih kelas ekonomi jadi saya pun harus rela berbaur dengan penumpang lain tanpa PRIVASI. Di dalam kapal, sudah tidak tersisa lagi matras. Terpaksa kami pun duduk (dan akhirnya tidur) dengan beralaskan tikar yang kami beli di atas kapal di dekat tangga. Hilir mudik penumpang dengan derapan kaki mengganggu sekali. Belum lagi pedagang yang selalu kembali setiap 5 menit sekali. Obrolan keras sampai orang bercerita MOB ala Papua. Sebuah pengalaman yang seru.
12 jam pelayaran, akhirnya tiba di pelabuhan Sorong. Antrian penumpang yang saat itu memang cukup ramai membuat mata kantuk harus bertahan selangkah demi selangkah untuk bisa menuruni kapal. Tangga kecil (hanya cukup satu orang dewsa) dipakai sebagai satu-satunya akses untuk penumpang turun.
Dari pelabuhan Sorong kita masih harus lanjut lagi ke pelabuhan rakyat tempat kapal bersandar yang akan membawa saya ke Raja Ampat. Tidak begitu jauh dari Pelabuhan Sorong, dengan 10.000 rupiah, kita akan diantar taxi (angkot) ke dalam pelabuhan rakyat.
Jangan bayangkan anda akan menemukan loket dengan bangunan disana. Penjualan tiket kapal hanya ada sebuah meja di samping gedung kosong dengan dua CS. Ada dua pilihan kapal, Marina Express dan Bahari Express 88. Sebenarnya tidak ada perbedaan dari kedua kapal ini. Saat itu saya memakai Bahari Express 88 yang berangkat pukul 2 sore dengan harga 120.000 rupiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar