Senin, 16 Februari 2015

Waisai, Ibukota Raja Ampat

 Sebagai tempat persinggahan sementara, Waisai memiliki keunikan dan keindahan tersendiri untuk dinikmati. Mulai dari alam sampai kulinernya. Waisai adalah kota kecil dengan jumlah penduduk yang tidak begitu banyak (setidaknya menurut pengamatan saya 4 hari berada disana). Begitu tenang. Itulah kesan saya dengan tempat ini. Lalu lalang kendaraan dapat dihitung. Hiruk pikuk masyarakatnya juga tidak terlalu nampak. Pagi hari, beberpa nampak berjualan nasi kuning dan aneka kue untuk sarapan di tempat yang diseting sebagai pasar (tetapi sangat sepi). Beberapa nelayan kongkow di muara menunggu (atau baru pulang) melaut.

Kuliner

Jajaran kios di sepanjang jalan dekat pantai WTC tampak kosong pada siang hari. Sepinya pengunjung dan cuaca yang panas mungkin dua faktornya. Malam hari, ada dua warung makan yang buka. Mungil Resto adalah sebuah kedai makan yang memiliki cerita menarik. Awalnya kedai ini menyediakan masakan jepang. Maklum saja, setelah melakukan sedikit obrolan karena tertarik dengan daftar menu masakan jepang yang tertempel di dapur, pemilik kedai ini adalah seorang lulusan sekolah tinggi pariwisata. Namun perkembangannya, masakan jepang itu tidak begitu cocok dengan selera pengunjung. Saat saya disana, mereka hanya menyediakan masakan indonesia. Ada yang menarik dari daftar menu di kedai ini. Menu kopi dengan berbagai aroma (strawberi, coklat dan bahkan durian) tersedia sebagai penarik pelanggan. Saya pun mencoba kopi dengan aroma strawberi, rasanya yang bercampur memang terasa unik.

Satu lagi kedai yang menarik. Kedai yang terlihat sangat sederhana ini menawarkan suasana lain. Dengan konsep tempat kongkow, sepertinya kedai ini cocok untuk menjadi pilihan untuk kongkow sembari menikmati hangatnya Saraba atau kopi dengan camilan roti bakar dan goreng pisang.

credit by Nur Rahimi Hastuti
credit by Nur Rahimi Hastuti

credit by Nur Rahimi Hastuti
Pantai WTC (Waisai Torang Cinta)

Sebagai pantai kebangaan masyarakat Waisai, Pantai ini benar-benar dikelola dengan baik. Terlebih setelah gelaran Sail Raja Ampat tahun lalu. Beberapa perubahan di tempat ini adalah hilangnya Logo WTC berwarna merah di tengah alun-alun pantai yang digantikan dengan menara (replika) Eifel yang ada di Paris, Perancis. Memasuki kawasan pantai ini, Dua patung lumba-lumba menyambut kita. Jalanan beralas marmer menuju pantai dengan deretan pohon kelapa sangat dramatis. Disisi kanan, diantara pepohonan kelapa, beberapa gazebo disediakan untuk pengunjung menikmati keindahan pantai tanpa harus takut tersengat matahari. Jembatan (seperti yang ada di Ancol) sebagai sarana untuk menikmati bagian lain dari pantai ini melengkung sepanjang sisi pantai dengan gazebo di tengahnya untuk berkumpul dan menikmati sunset dikala senja.


credit by Nur Rahimi Hastuti

credit by Nur Rahimi Hastuti




Masjid Agung Waisai

Berdiri megah di tengah kota Waisai, mesjid yang menjadi kebanggaan masyarakat Waisai. Berwarna hijau muda dengan menara tinggi sangat kontras dengan warna biru langit yang cerah.

credit by Nur Rahimi Hastuti


Tidak ada komentar:

Posting Komentar